Hari Kartini

Ibu. Engkau adalah wanita pertamaku. Yang mulai awal aku lahir hingga saat ini terus mendampingi. Walaj tak dengan ragamu, tapi doamu selalu membayangiku bu. Kalau saja kita hidup di zaman Rasul, pasti ibu akan mendapat pujian yang tertinggi darinya. Ibu yqng hebat mendidikku sampai mengerti hal baik dan buruk. Yang selalu mengajarkan bagaimana bersabar. Dan tidak pernah putus asa. Tapi aku yakin, Rasul pasti akan bangga pada ibu walau kita tak dapat bertemu padanya. Ibu kartini kita pun pasti akan bangga melihat ibu. Wanita terhebatku, yang tak pernah lelah menuntunku pada kebaikan. Engkau lembut, meski yang kau perlihatkan adalah kekerasan untukku. Namun kelembutan itu tak bisa kau lepaskan bu, engkau akan menangis yang pertama kali jika aku sakit. Ibu yang akan sedih, yang akan khawatir, dan segala rasa ibu rasakan pertama kali jika aku melemah.

Hari ini hari Kartini, hari untuk para wanita Indonesia. Tapi menurutku, hari Kartiniku adalah setiap waktuku. Karena wanitaku tak pernah jadi wanita yang lemah. Benar kata ibu Kartini, wanita tak bisa direndahkan. Bahkan Rasul pun memandang wanita itu mulia. Sampai Rasul menyuruhku menyebut nama Ibu tiga kali sebelum ayah.

Ibu, kalau boleh aku jujur padamu. Hari ini aku tak ingin kemanapun, tak ingin pergi lebih jauh lagi. Aku tak harus berjalan kemana yang kumau. Karena aku hanya ingin hariku bertemu dengan ibu. Tapi ibu selalu berpesan agar aku terus berjalan kedepan. Aku tak mengerti apa yang ada di depan sana bu. Aku takut, ketika nanti aku terjatuh di jalan dan engkau tak ada disiaiku, siapa yang akan membalut lukaku ini. Ibu wanita terhebatku.

~Selamat Hari Kartini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati