Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Tenang Maka Akan Terang

Sakit itu sebuah kepastian. Kebahagiaan juga kepastian. Dimana seseorang merasa sulit ataupun mudah itu adalah ketetapan Tuhan. Kita tahu akan hal itu, Namun tidak selalu ingat untuk menyikapi. Kalau boleh kita mengadu atau meminta menghilangkan segala kesulitan, Agar tak ada lagi beban menggantung dalam jiwa dan ringan hidup dijalani. Tapi, sayangnya kita tak boleh egois pada satu hal. Kita harus terima bagaimana Tuhan memutuskan. Yang boleh kita lakukan hanya mensyukuri dan berusaha perlahan untuk mengurangi kesulitan itu. Bukan karena apapun, hanya saja sulit ringannya hidup itu hal yang pasti tidak bisa dihindari. Harusnya dijalani dan dicarikan solusi. Syukur lebih nikmat daripada terus mengeluh. Ikhlas lebih baik dari demonstrasi pada Tuhan. Ya,demonstrasi meminta segala kesulitan dihilangkan. Yang lebih bijak hanya permohonan agar hati terus dikuatkan untuk menghadapi segala persoalan. Kuatlah meski penuh benalu. Menunduklah untuk menjaga sikapmu. Kalau tahu po

Berasal Dari Diri

Yang sering dirasa tak nyaman itu biasanya datang dari diri sendiri. Tak nyamannya pada orang lain karena perlakuannya pada orang lain itu. Tak nyaman untuk berbicara pada orang lain itu karena ucapannya terhadap orang lain itu juga. Itulah perlunya setiap orang berfikir sebelum melakukan sesuatu. Berfikir setiap akan berkata segala hal. Memikirkan baik tidakkah yang ia lakukan pada orang lain, atau baik tidaknya apa yang ia bicarakan pada orang lain. Bukan dia yang menjauh, tapi perilaku kita yang membuatnya jauh. Bukan dia yang mendekat, tapi perbuatan kita yang membuatnya dekat. Perlu diingat, di dunia adalah tempat bercocok tanam, yang suatu saat akan dipanen buahnya. Setiap hal yang dilakukan akan dituai hasilnya. Baik atau buruk hasilnya akan menyesuaikan bagaimana yang dilakukan ataupun ditanam sebelumnya.

Diam

Diam itu emas namun murah jika lisan menjadi beringas Diam itu lucu ketika kepercayaan diri terus membuatnya terpaku Diam itu unik sekilas lemah namun kadang membuatmu tak berkutik Diam itu kuat saat hati ingin mencemooh dan menahan diri untuk menghujat Diam itu tak wajar karenanya setiap orang menahan sabar Diam itu kejam ketika ia tahu salah namun mulut terus saja terbungkam Diam itu brutal jika karenanya kewajaran terus terjegal Diam itu gaduh saat dimana hati banyak yang luluh Diam adalah hal yang paling istimewa ketika lisan tak lagi dapat dipercaya Namun sebenarnya, Diam itu relatif karena di dalamnya tersimpan berjuta motif

Sepertiga Malam

Suara ayat-Mu menderu-deru Lantunan kitab suci-Mu begitu merdu Berduyun semua langkah-langkah hanya untuk-Mu mereka menengadah Dalam ikhtiarnya beribadah dan pada-Mu lah hati berpasrah Memohon dengan doa-doa dengan satu harapan pada-Mu yakni syurga Tiada yang lain hati menerima memang untuk-Mu lah mereka percaya Jika waktu belum datang pagi di sepertiga malam inilah mereka mengabdi Bersama mimpi-mimpi kening mereka melekat di atas sajadah nan suci Bukanlah untuk tidur karena mereka tak inginkan kufur Lisan meminta dengan jujur demi masa saat semua akan hancur

Berapa dan Seberapa

Berapa banyak pelajar dan seberapa yang mau mengajar Berapa tahun menempuh ilmu dan seberapa yang mengamalkan hal itu Berapa keinginan untuk mengamalkan dan seberapa yang tersampaikan Berapa hal tersampaikan dan seberapa yang diperolehkan Berapa yang diperoleh dan seberapa keras orang  itu menoreh Berapa waktu luang dan seberapa yang terbuang Berapa lama waktu tak menentukan seberapa banyak ilmu Berapa kali kemalasan itu ada dibanding usaha yang tak seberapa Karena berapapun harapan tanpa kerja keras, maka tak seberapa dari itu yang dapat terbalas Dan berapapun kerja keras itu, kadang tak sebanding dengan seberapa banyak waktu terpaku

Akankah

Terlaksana karena gerak, terkonsep karena pikir. Namun tak berjalan jika keduanya tak bersatu. Gerak tanpa pikir sama dengan kosong, pikir tanpa gerak pun sama dengan tiada. Semua perlu kesatuan, seperti hal nya NKRI. Semua akan damai jika satu sama lain saling bersatu dan membantu. Perpecahan hanya akan meruntuhkan, mengombang ambingkan kedamaian. Perbedaan pendapat kadang kala menyulut pecah setiap sisi manusia. Tapi dengan perbedaan di setiap posisinya, kalau memang dapat disatukan dengan saling memahami dan mengambil satu kesimpulan yang sama, semua akan utuh dan terus kuat. Beda pikiran adalah kepastian, beda keyakinan juga pun sesuatu yang pasti, namun satu tujuan adalah hal yang sama dan pasti untuk satu kerukunan dan kedamaian bersama. Saling membenarkan apa yang diyakini tak akan selalu menyelesaikan masalah. Merasa paling baik dan benar pun juga tidak akan membawa pada kerukunan. Yang pasti adalah mengerti apa yang diyakini, apa yang orang lain yakini, dan bagaimana kedua

Bukan Berarti Tak Menyenangkan

Hidup di sisi sungai, menyeberang di antara bebatuan besar. Terlihat di ujung nan jauh, langkah kaki kecil terus berjalan menuju sisi yang lain. Dengan kaki yang kotor, penuh lumpur dan tanah. Relakan luka demi sebuah harapan yang mulia. Seorang anak kecil berseragam putih merah terlihat lusuh nan kumal. Dengan baju yang hampir menjadi kecoklatan. Ia datangi bangunan reyot yang hampir roboh dengan sokongan sebuah tiang penyangga di sisinya. Demi satu pelajaran berharga, bersama guru yang penuh kesederhanaan. Heran dalam pikirku, mengapa tiada kesedihan dalam raut wajah mereka. Yang ada hanyalah senyum juga tawa yang begitu bahagia kelihatannya. Aku yakin senyum itu nyata, tawa itu pun sempurna. Tapi mengapa semua keindahan itu bisa tercipta dalam kondisi yang begitu adanya. Aku yang melihatnya miris, mengapa mereka dapat seceria itu dalam candanya. Tak sadar aku pun ikut tersenyum melihat keindahan itu. Langkah kecil itu mendekat menghampiri, ia menyapa kearahku yang sedari tadi hany

Rahasia Dalam Kejujuran

Kuat setiap orang menyembunyikan air mata dalam kesedihannya. Tegar begitu kukuh menutupi kekacauannya. Manipulasi rasa sakit dalam sebuah kebahagiaan itu adalah nyata miliknya.  Sebuah kejujuran berlapis dusta yang mengharap semua orang mengerti tentangnya. Terlihat senyum itu palsu, terlihat indah namun meraung bagai tercambuk bertubi-tubi. Jika senyum berubah menjadi tawa, di saat itulah hatinya menjerit sekuat-kuatnya. Rapuh ia rasa tak terlihat oleh siapa-siapa. Hanya kebahagiaan ia bagikan, namun perih ia balut dengan kenyamanan. Terlihat hangat pada setiap orang, padahal dalam jiwanya menggigil. Begitu kaku untuk sebuah rasa sakit yang membatu. Ada rahasia dalam sebuah kejujuran. Derita terlihat bagai canda tawa. Susah terkemas dalam sebuah senyum yang murah. Terselubung keceriaan yang tak lagi perlihatkan rasa bingung. Jika seorang merasa risih pada yang lain, bisakah sedikit menyisih pada hatinya sendiri. Seorang tahu saudaranya menderita, patutlah ia memberi kekuatan untuk

Teguh Untuk Kembali

Yakin, semua manusia ingin baik. Dari penampilan yang menarik. Perilaku yang apik. Juga pemikiran yang cerdik. Namun sering kali ia pelik. Perilakunya licik. Kadang pun semua terjadi terbalik. Hatinya tak ingin melakukan. Pikirnya pun menolak hal seperti itu kejadian. Namun semua berbalik pada keadaan. Ketika yang diinginkan baik tak sampai pada kenyataan. Yang terjadi bahkan kacau dalam pikiran. Terbelenggu pada kemurkaan, kegelisahan, keputus asaan. Semua terasa tak karuan dan berantakan. Bahkan tak banyak yang merasa terhinakan. Bukan salahnya hati kalau hal semacam itu terjadi. Hanya pikir tak sampai tersambung dalam hati. Hati pun tak terpaut pada diri. Sehingga semua berjalan sendiri. Tak terkendali ketika lingkungan mencampuri. Di akhir ia tertunduk pada penyesalan. Mengapa sampai pada hal yang tak terkendalikan. Ia menangis dalam penuh kesedihan. Semua telah terlanjur kacau tak karuan. Putus asa membawanya pada kenistaan. Semua ia teruskan karena ia merasa tak lagi bisa dike

Hari Kartini

Ibu. Engkau adalah wanita pertamaku. Yang mulai awal aku lahir hingga saat ini terus mendampingi. Walaj tak dengan ragamu, tapi doamu selalu membayangiku bu. Kalau saja kita hidup di zaman Rasul, pasti ibu akan mendapat pujian yang tertinggi darinya. Ibu yqng hebat mendidikku sampai mengerti hal baik dan buruk. Yang selalu mengajarkan bagaimana bersabar. Dan tidak pernah putus asa. Tapi aku yakin, Rasul pasti akan bangga pada ibu walau kita tak dapat bertemu padanya. Ibu kartini kita pun pasti akan bangga melihat ibu. Wanita terhebatku, yang tak pernah lelah menuntunku pada kebaikan. Engkau lembut, meski yang kau perlihatkan adalah kekerasan untukku. Namun kelembutan itu tak bisa kau lepaskan bu, engkau akan menangis yang pertama kali jika aku sakit. Ibu yang akan sedih, yang akan khawatir, dan segala rasa ibu rasakan pertama kali jika aku melemah. Hari ini hari Kartini, hari untuk para wanita Indonesia. Tapi menurutku, hari Kartiniku adalah setiap waktuku. Karena wanitaku tak pernah

Tanpa Sadar

Karunia terbesar Tuhan yang diberikan pada hamba-Nya adalah diri manusia itu sendiri. Ada manusia yang tercipta kecil, ada yang besar, ada yang dengan anggota tubuh sempurna, ada pula yang mempunyai kekurangan. Ada yang berkaki dua, ada yang berkaki empat, ada yang tidak memiliki kaki mungkin. Bukan sesuatu yang tidak wajar, ya,,, memang manusia memandang itu adalah suatu cemooh, menganggap hal semacam itu adalah aib. Tapi apakah manusia tahu maksud Tuhan mengapa ia tercipta seperti itu? Adakah yang tahu mengapa Tuhan memberi satu tangan? Tidak pernah mengerti. Kalau dilihat oleh mata, dengan empat kaki itu manusia terlihat mengerikan. Yang tak mempunyai kaki itu pun menjijikkan. Tapi jika hati yang melihat, semua hal itu adalah pelajaran. Mereka yang dengan satu kaki, satu tangan atau bahkan tanpa kaki, atau tanpa tangan, bisa melakukan semua hal. Yang diberi lebih dengan empat kaki yang dianggap mengerikan, bisa melakukan hal yang lebih. Bagai mana dengan manusia yang sempurna fisik

Lebih Karena

Jika ada satu hal baik tertanam dalam hati, maka buatlah dan wujudkan hal baik itu. Namun jika semua terasa berat tak perlulah ada rasa emosi, karena emosi itu membuang semua kebaikan yang ada. Satu mimpi terbesar sudah tersusun rapi dalam angan. Wujudkan mimpi itu dan buat seindah mungkin dengan cara terbaik. Jikalau memang semua berjalan berat, tak haruslah ada rasa amarah. Karena amarah akan membuat semua mimpimu berubah. Jikalau ada satu hal buruk, itu bukanlah dari orang disekitarmu. Tapi lebih tepat itu karena burukmu. Yang dirasa tak baik bukan dari orang yang menjahati, namun lebih karena rasa jahat yang tertanam dalam hati. Yang dilihat kurang pantas bukan dari siapa pelakunya, namun tak jauhlah dari prasangka hatinya sendiri. Bukan soal membela yang salah, tapi lebih dari menyadari setiap kesalahan. Kesalahan bukan dari Tuhan, karena Tuhan memang tak pernah salah. Hanya sebuah ilusi, ketika kesulitan itu dirasa dalam hati. Semua kekacauan tak lain dari diri sendiri, karena

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Aku takut jikalau nanti aku melangkah aku terjatuh. Aku takut, kalau aku nanti memilih akan menjadi salah. Aku tak berani jikalau nanti di setiap hal yang kutemui akan sulit. Aku takut kalau aku tidak mampu dengan semua kekacauan itu. Berat sepertinya akan kuhadapi. Lagi pula aku tidak punya kemampuan untuk semua hal itu. Aku lemah, aku tidak memahami, aku tidak tahu semua yang ada disana. Aku trauma dengan segala yang telah kulalui, trauma kalau saja kesalahan yang pernah lalu itu terulang lagi. Perihal yang sering dialami, adalah ketika rasa takut itu datang sebelum benar-benar tindakan yang kita miliki terjadi. Satu pilihan kadang terbuang saat itu. Pada waktu dimana rasa takut terus menderu dalam hati. Sebenarnya hal yang ditakutkan belum tentu juga akan datang. Tapi karena mata sering melihat hal yang tak ingin dirasa, hati sering takut kalau hal itu terjadi. terlalu dini menilai suatu keadaan, sampai yang belum dilalui sudah dirasa tak karuan. Kadang ketika masa belajar telah u

Tahukah Kamu Tentang Mereka

Sudahkah engkau ketahui, sebuah kisah lama tentang orang tuamu. Kisah tentang bagaimana ia belajar. Kisah tentang bagaimana ia pertama kali bekerja. Kisah tentang pengalaman mereka saat mereka mulai bingung menghadapi masalah mereka. Atau kisah tentang bagaimana mereka berusaha agar engkau tidak melihat keluhan mereka saat ingin membahagiakanmu. Mungkin engkau tahu, beberapa hal yang kau lihat pada mereka. Mungkin kamu memahami sebagian kecil kisah yang sengaja mereka bagikan. Tapi tahukah, berjuta hal lain yang sengaja ia tutupi darimu. Dan tahukah, karena semua itu engkau bisa terus tersenyum sampai saat ini. Mereka tidak berbagi bukan karena mereka tak mau. Mereka menyembunyikan bukan karena mereka tak peduli. Sama seperti apa yang selama ini sering engkau rahasiakan pada mereka. Engkau tak ingin mereka kecewa jikalau mereka tahu tentangmu lebih jauh. Engkau tak ingin apa yang kamu sembunyikan itu mereka ketahui, karena kau ingin kebahagiaan mereka. Mereka pun pernah sepertimu, m

Kepuasan Hati

Kalau aku seorang anak, apakah orang tuaku akan bahagia dengan keadaanku sekarang. Kalau aku adalah orang tua, akankah anakku akan bahagia dengan keadaanku sekarang. Jika aku seorang kakak, nyamankah adikku dengan k eadaanku sekarang. Jikalau aku seorang adik, maukah kakakku berbagi sedikit tawa bersamaku saat ini. Kalau aku bukan siapa-siapa, bisakah orang lain menerima keadaanku yang sekarang. Pertanyaan hati yang selalu membangun diri untuk terus membenahi dirinya. Yang kadang itu dilupakan. Kadang hati merasa telah melakukan hal yang baik, telah memberi sesuatu yang begitu banyak pada mereka. Hati merasa ia telah melakukan sesuatu yang itu seharusnya mendapat satu balasan setimpal. Padahal dalam kebenarannya ia tak pernah tahu hal apa yang telah mereka berikan kepadanya. Ia tak akan puas dengan apa yang mereka beri, padahal kepuasan mereka adalah sedikit dari hal yang ia beri pada mereka. Ia terus meminta, namun mereka terus khawatir sudah cukupkah yang mereka berikan. Sering pr

Mencari Suatu Kebenaran

Harus berapa kali aku terus meminta sesuatu yang tak semestinya. Aku tahu bukan kepadanya aku berharap, bukan kepadanya aku menggantungkan keinginan. Karena dia pun punya harapan yang sama sepertiku, dia bukan pengkabul harapan, dia pun bukan pewujud semua keinginan. Dia hanyalah perantara pada sebagian kuasa Tuhan. Dia hanya satu perantara saat setitik keinginan itu kumiliki, dia membawanya tapi itulah yang Tuhan titipkan. Dia membawa setitik jawaban dari harapanku, namun juga membawa berjuta harapan yang ia miliki untukku. Ia mengantar bukannya memberi, namun selebihnya adalah permintaan untuk sebuah balas budi. Harapanku terlalu banyak, dan mungkin kusampaikan harapan ini pada Tuhan, tapi bukan untuk-Nya. Aku berharap pada Tuhan, untuk seseorang, yang ia mungkin bisa tahu namun tak dapat memberinya, karena semua harapan hanya Tuhanlah semata yang mengabulkan. Manusia memang terlalu banyak memohon, terutama pada manusia lainnya. Benar ia meminta pada Tuhannya, tapi sasarannya sela

Salahnya Hati

Ketika hati salah rasa di waktu itu seseorang lupa. Ia gelisah disaat kekasihnya tiada kabar. Ia risau saat pekerjaannya tak tuntas. Ia bingung dikala ada ujian yang tertinggal. Ia tak bisa tidur ketika tak ia dapatkan sepeser uang dari yang ia lakukan. Ia selalu saja terpikir oleh hal yang baru saja ia lihat. Seolah tak lagi ada kehidupan ketika hal yang ia inginkan tak bisa ia dapatkan. Tak sadar, perilaku yang sering ia lakukan. Semua hal yang ia rasakan selama itu adalah sesuatu yang menyimpang dari alur hidup yang sesungguhnya. Ia tahu kehilangan kekasih itu sedih, tapi ia lupa tak ada yang lebih menyedihkan dibanding kehilangan seorang ibu. Ia tahu meninggalkan pekerjaan adalah hal yang salah terhadap bosnya, tapi ia tak sadar, karena kesibukannya ia menjadi lupa terhadap orang tuanya. Ia tahu ketika apa yang ia lakukan tidak lagi dihargai orang, namun ia tak pernah ingat, ketika penghargaan ia capai disisi lain dia tak mendapatkan Tuhannya. Hati sering merasa senang, tapi kes

Mengapa Setiap Hal Terjadi

Mengapa luka yang tak berdarah itu sulit untuk sembuh. Mengapa luka yang tertutup itu sulit untuk diobati. Mengapa luka dalam itu sangat menyiksa diri. Mengapa ketika rasa sakit itu dirasa tiada orang yang tahu dan memahami. Mengapa rasa kecewa dan sakit itu harus dirasakan. Mengapa manusia selalu mengharap sebuah kebahagiaan. Mengapa setiap manusia selalu meminta kenikmatan. Mengapa manusia selalu menginginkan kasih sayang. Mengapa manusia selalu berkorban untuk hal yang ia mau. Mengapa manusia begitu sulit untuk mendapatkan hal yang ia impikan. Telah jelas bahwa setiap makhluk itu ada karena kuasa-Nya. Semua diciptakan semata untuk ibadah kedapa-Nya. Unsur dalam ibadah adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan semua hal yang terjadi sudah menjadi rencana-Nya. Manusia dan yang lainnya hanyalah hamba yang harus menaati-Nya. Allah memberi rasa sakit adalah bentuk rasa kasih pada hamba-Nya. Tanda perhatian terhadap hamba-Nya. Allah ingin tahu dengan ujian itu bagaimana h

Dunia Masa Kini

Melihat dunia masa kini. Semakin sakit dirasa hati. Melihat kenyataan yang kian menjadi. Anak muda seperti tak tau diri. Yang tua pun seenaknya sendiri. Bangga dengan apa yang dimiliki, tapi tidak sadar bagaimana yang ia kagumi. Zaman terus berkembang, meluas, dan terus bergerak cepat. Tapi disisi lain yang banyak tidak diketahui adalah adanya penyempitan dalam keleluasaan. Maksudnya ketika yang lain terus berkembang luas, semakin besar, ada beberapa hal yang semakin lama terus menyempit, mengecil dan terus mengalami kemunduran. Etika, menjadi pokok kemunduran bangsa di seluruh dunia dalam kemajuan teknologi, khususnya Indonesia. Remaja, adalah titik fokus yang terus menyempit. Orang yang menjadi pandangan, pejabat, mereka yang dewasa juga tidak lepas berpartisipasi dalam gerakan kemunduran dalam kemajuan. Bagaimana tidak seorang anak kecil, yang jikalau dulu ia selalu santun, penurut, tidak berani berlaku kasar. Tapi saat ini, seusia SD, SMP, SMA, mereka kasar kepada orang tua, ke

Kehadiran Seorang Hamba

Sepah terasa, hambar suasana. Bagai bumbu yang telah padu namun tiada rasa. Aku disini tapi hanya nama. Aku berbicara yang ada hanya suara tanpa rupa. Tanpa sapa, tiada kuasa, semua mengalir tanpa daya. Mereka menyebutku namun nama layu. Mengalun merdu tapi terasa sendu. Hanya kepada-Nya aku mengadu, tak ada yang lain karena Dialah yang Satu. Ketika keadaan satu hal hidup dalam kebersamaan. Beriringan dalam keceriaan namun hati belum menemukan satu kedamaian. Semua yang kecil tak lagi terasa ringan, yang berat semakin menjadi beban. Karena kehadirannya hanya sebagai ruh gentayangan. Yang ada namun terabaikan. Kecil dirasa hati, lemah terasa mati. Usaha tak digubris lagi, seakan semua tak peduli. Sepi, menemani disetiap hari. Begitu sara manusia, melawan hari-harinya. Disaat satu usaha tak pernah dirasa berguna. Namun tak seharusnya rasa itu ada, karena sekecil apapun usaha , tak ada yang percuma di mata-Nya. Semua hal tak pernah ada yang sia-sia. Karena kebe ncian-Nya hanyalah keti

Iba Pada Diri Sendiri

Ingin jadi seperti dia, yang bisa ini bisa itu. Ingin bisa seperti mereka, yang selalu begini selalu begitu. Malu dengan diriku sekarang yang tak bisa apa-apa. Ini tidak dapat kulakukan, itu pun tak dapat ku kuasai. Aku rendah diantara mereka. Aku kecil tanpa daya. Aku lemah di banding mereka yang bisa segalanya. Isi hati manusia, tak pernah usai dalam keluhnya, tak pernah puas dalam inginnya. Manusiawi, jika manusia ingin baik sendiri, ingin menjadi yang paling baik dari orang-orang yang baik. Lupa, tak pernah ia sadari kapan mereka harus berharap, kapan mereka harus berterima kasih. Manusia sering mendongak ke atas, bahkan lupa melihat jalannya yang dibawah. Mereka melihat langit saat berjalan, tetapi lupa jalan mereka di bawah, yang menjadi pijakan langkah mereka di bawah. Manusia melangkah kedepan, tatapannya condong ka atas di pucuk pepohonan yang mereka temui, tak menghiraukan di jalan mereka ada lubang, tak sadar kalau mereka telah jatuh kedalamnya. Mereka tahu telah terjerum

Mentari Dalam Mendung

Putih terbalut hitam, kadang kasih hidup dalam diam. Terlihat putih cahaya namun sinarnya lampu malam. Rembulan redup seakan tenggelam, mentari bersinar di atas langit yang tampak hitam legam. Bukan aneh jika seseorang tertawa terkekeh-kekeh. Ketika sesamanya bersama kesedihan yang diperoleh. Yang lain menangis namun lainnya senyum tertoreh. Sebagian menyetujui sebagian pun tak boleh. Ada yang mendukung berat ada pula yang menganggap remeh. Beda hati beda rasa, beda mata beda pandangnya. Hati satu menilai suka, satunya menilai percuma. Biasa terasa karena manusia memang selalu beda. Yang terbaik hanyalah biarkan mereka bersuara, untuk kemudian kita pilah pendapatnya. Cara bijak tak perlu mengajak. Cukup sadar diri untuk bertindak. Berilah contoh dengan hal yang dirasa layak. Karena sifat manusia pasti berbeda dan terlalu banyak. Terlabih saat satu hal dijalani janganlah berkata tidak, karena hal itu membuat senyum di bibir namun hati terisak. Bukanlah layak nya hakim yang harus men

Usai Oleh Usia

Tak terasa manakala masa berlalu begitu saja. Sejenak diri berkata namun sebenarnya terlalu banyak yang terbuang sia-sia. Tak sadar selama ini hanya menutup mata dan juga telinga, membiarkan segalanya hilang begitu saja. Hingga kini merasa semua tak berguna. Salah jika terus merasa lelah. Istirahat lama tak membuat diri berubah. Hanya terdiam dan menengadah, harapannya semua masalah akan usai dengan ibadah. Namun nyatanya semua tak terwujud tanpa usaha dan susah payah. Terperangah menatap langit yang anginnya selalu berpindah. Sadar akan dirinya yang terlalu dekat dengan satu masalah dan tak sudah-sudah, tetapi usia terus bertambah. Masa berjalan terus berganti, menanti kapan ia akan mati. Terduduk di ruang sunyi, menyepi dari keramaian untuk mengasingkan diri. Iba pada diri sendiri, batin takut pada cerita di akhir nanti. Tetapi apa kuasa hati jikalau terlambat mengingat Ilahi. Janji tak pernah tepat. Kadang lupa kadang pun terlambat. Berkaca berbayang empat. Sejenak rasa tubuh sem

Harapan Yang Tak Nyata

Rasa yang syahdu, sesuatu yang dimau, dan semua yang dituju. Semua padu menjadi satu. Indah terbang bagai kupu-kupu. Ayu rupa seakan bunga tak pernah layu. Semua hal itu tersimpan dalam angan yang beku. Tetapi cantiknya kupu-kupu tak selalu menghisap madu. Harapan nan indah terbayang, segala hal menari kian melayang-layang. Menari-nari bagai ilalang tertiup angin di tanah lapang. Tapi juga kadang mimpi hilang bagai jalan raya yang mulai lengang. Sungguh sayang semua yang terjadi hanya sebuah bayang-bayang. Harga diri seperti tiada lagi. Berlari kesana kemari mencari jati diri. Memungut mimpi yang tak lagi dimiliki. Semua terjadi, dilewati sampai tak tau diri. Iri kepada siapapun yang ditemui. Sampai hati membuat semua tersakiti. Cerdas, kadang otak terlihat waras. Sekilas, hati memelas pada sesuatu yang tak pantas. Rasa tergilas saat harapan selalu kandas. Semua nasehat terlibas karena hati kadang juga keras. Padahal semua hal rumit dapat tuntas jika hati mau untuk ikhlas. Menerima

Harga Sebuah Penantian

Mahal tak terbilang mahal. Dipikir-pikir tak masuk di akal. Lama waktu dalam hayal bersama penantian yang tak terjual. Mata terbuka hanya sesisi, wajah lesu pucat pasi. Hela nafas panjang pendek tak serasi. Menyokong kekosongan hati yang tak lagi terisi. Makan tak enak nasi terasa basi. Tidur tak nyenyak karena kosong bantal disisi. Berlagak akur padahal ngawur. Jujur berkata namun hati lain jalur. Harapan semakin gugur, jatuh ke tanah yang kemudian terkubur. Basah tersiram air lalu kering dan hancur. Lama masa dalam penantian yang tak terukur. Kadang sadar namun sekilas takabur. Hati tahu ia tak boleh kufur. Gula manis seakan tawar, senyum sinis hati terbakar. Saat penantian tak mendapat kabar, segala urusan jadi terlantar. Tubuh terkapar di dalam kamar, setiap waktu yang ditunggu tak pernah terbayar. Selaksa sebuah masa dimana cuaca cerah petir menggelegar. Gusar bukan kepalang ketika penantian seperti pasar. Pasar yang setiap hari terbuka laris lancar. Waktu banyak berlalu, sema

Mata Hati

Melihat sesuatu yang jauh lebih dalam. Merasakan segala hal dalam ramai dan diam. Terluka tanpa darah namun terasa lebih tajam. Bergerak tanpa berpindah yang tak kenal siang maupun malam. Pikir terlupa namun satu hal itu tak pernah amnesia. Kadang menangis bersama kering air mata. Tangisnya saat duka maupun tawa. Keras dan lembut dapat berganti seketika. Kian seringnya berubah setiap massa bagai drama. Hilang dan tumbuh rasa bagai bayang-bayang. Sebentar pergi sejenak kemudian datang. Bukan layang-layang namun lebih tinggi saat terbang. Kadang merasa ada kadang pula terasa terbuang. Semua rasa kian menjadi lapang. Diantaranya ada kasih nan juga sayang. Namun juga tak lepas dari rasa bimbang.

Malam Yang Kelabu

Gelap, beriringan sunyi semua senyap. Gelagap, udara dingin ajak selimut tebal menyingkap. Kedap, semua terkunci kemudian lenyap. Sayap-sayap malam mengepak pelan dan mengendap. Serangga kecil perlahan terlahap. Terdiam, menyadari kalau ini adalah malam. Seram, terasa semua hal menjadi kejam. Terisak menahan diri dalam suram. Teringat masa-masa yang selalu kelam. Hanya meronta tartahan dalam diam. Terpaku, oleh satu titik rancu. Memisahkan sesuatu yang kian tak lagi padu. Memandang dekat tetap dengan warna abu-abu. Jelas mata melihat sekilas pandangan tersapu. Segala ketakutan berkumpul menjadi satu. Dingin, terasa dalam tiap belaian lembut angin. Masa lalu kadang kembali walau hati tak ingin.

Gejolak Rasa

Terombang ambing bagai dilaut menghantam tebing. Hati meronta walau tubuh tak bergeming. Berpikir keras berbalut rasa pening. Ada namun selalu terasa asing. Inginkan usai namun leher terikat bagai kambing. Terperanjat oleh keadaan yang tak hanya sesaat. Melekat seperti kertas terkena perekat. Semua berjalan perlahan dan terus semakin berat. Melambat, tak lagi dapat berjalan lebih cepat. Terjerat oleh keadaan dalam hati yang tak sepakat. Mengikutinya sama halnya membiarkan jiwa tersayat-sayat. Merah, tetapi bukanlah karena darah. Marah, namun terhadap diri yang tak dapat tumpah. Dalam menusuk seperti anak panah. Pecah, selaksa batu menghantam gerabah. Semua tak lagi terasa indah, tertutup susah saat hati tak lagi dapat amanah.