Kehadiran Seorang Hamba

Sepah terasa, hambar suasana. Bagai bumbu yang telah padu namun tiada rasa. Aku disini tapi hanya nama. Aku berbicara yang ada hanya suara tanpa rupa. Tanpa sapa, tiada kuasa, semua mengalir tanpa daya.

Mereka menyebutku namun nama layu. Mengalun merdu tapi terasa sendu. Hanya kepada-Nya aku mengadu, tak ada yang lain karena Dialah yang Satu.

Ketika keadaan satu hal hidup dalam kebersamaan. Beriringan dalam keceriaan namun hati belum menemukan satu kedamaian. Semua yang kecil tak lagi terasa ringan, yang berat semakin menjadi beban. Karena kehadirannya hanya sebagai ruh gentayangan. Yang ada namun terabaikan.

Kecil dirasa hati, lemah terasa mati. Usaha tak digubris lagi, seakan semua tak peduli. Sepi, menemani disetiap hari.

Begitu sara manusia, melawan hari-harinya. Disaat satu usaha tak pernah dirasa berguna. Namun tak seharusnya rasa itu ada, karena sekecil apapun usaha, tak ada yang percuma di mata-Nya. Semua hal tak pernah ada yang sia-sia. Karena kebencian-Nya hanyalah ketika hamba merasa putus asa.

Ingat lah ketika kehadiranmu seakan tak digubris. Hatimu mungkin menangis walau bibirmu tersenyum manis. Seakan engkau kuat menepis semua desas-desis.

Engkau kuat, karena kesedihanmu sesungguhnya hanyalah sesaat. Semua tak ada yang terasa berat, ketika kau lantunkan beberapa potong ayat. Kau dengar nasehat yang dari itu menjadi penyelamat. Membuat harimu terasa nikmat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati