Mentari Dalam Mendung

Putih terbalut hitam, kadang kasih hidup dalam diam. Terlihat putih cahaya namun sinarnya lampu malam. Rembulan redup seakan tenggelam, mentari bersinar di atas langit yang tampak hitam legam.

Bukan aneh jika seseorang tertawa terkekeh-kekeh. Ketika sesamanya bersama kesedihan yang diperoleh. Yang lain menangis namun lainnya senyum tertoreh. Sebagian menyetujui sebagian pun tak boleh. Ada yang mendukung berat ada pula yang menganggap remeh.

Beda hati beda rasa, beda mata beda pandangnya. Hati satu menilai suka, satunya menilai percuma. Biasa terasa karena manusia memang selalu beda. Yang terbaik hanyalah biarkan mereka bersuara, untuk kemudian kita pilah pendapatnya.

Cara bijak tak perlu mengajak. Cukup sadar diri untuk bertindak. Berilah contoh dengan hal yang dirasa layak. Karena sifat manusia pasti berbeda dan terlalu banyak. Terlabih saat satu hal dijalani janganlah berkata tidak, karena hal itu membuat senyum di bibir namun hati terisak.

Bukanlah layak nya hakim yang harus mengadili. Saat orang lain salah yang lain patutnya sadar diri. Perlunya interopeksi agar tak menjadi pribadi yang lebih kejam dari tukang eksekusi mati.

Peribadi seorang dapat terbunuh, saat manusia saling angkuh. Bukan karena di sentuh tapi cekcok yang selalu gaduh. Hati rapuh, namun dapat kukuh kadang pun bisa melepuh. Runtuh dalam suasana yang membawanya jatuh.

Hidup dengan damai, agar kesenangan kian ramai. Saling membenai untuk satu tujuan yang tersemai. Terus mengingatkan karena hati kadang lalai. Jika semua saling melengkapi apapun mimpi dapat tercapai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati