Mencari Suatu Kebenaran

Harus berapa kali aku terus meminta sesuatu yang tak semestinya. Aku tahu bukan kepadanya aku berharap, bukan kepadanya aku menggantungkan keinginan. Karena dia pun punya harapan yang sama sepertiku, dia bukan pengkabul harapan, dia pun bukan pewujud semua keinginan. Dia hanyalah perantara pada sebagian kuasa Tuhan.

Dia hanya satu perantara saat setitik keinginan itu kumiliki, dia membawanya tapi itulah yang Tuhan titipkan. Dia membawa setitik jawaban dari harapanku, namun juga membawa berjuta harapan yang ia miliki untukku. Ia mengantar bukannya memberi, namun selebihnya adalah permintaan untuk sebuah balas budi.

Harapanku terlalu banyak, dan mungkin kusampaikan harapan ini pada Tuhan, tapi bukan untuk-Nya. Aku berharap pada Tuhan, untuk seseorang, yang ia mungkin bisa tahu namun tak dapat memberinya, karena semua harapan hanya Tuhanlah semata yang mengabulkan.

Manusia memang terlalu banyak memohon, terutama pada manusia lainnya. Benar ia meminta pada Tuhannya, tapi sasarannya selalu pada makhluk-Nya. Ia meminta kepada Tuhan, untuk didekatkan pada orang lain, dia memohon agar ia bahagia bersama orang yang ia cintai, tapi berapa kalikah ia meminta agar ia bisa dekat dengan Tuhannya.

Manakah yang benar untuk manusia. Ia mengingat Tuhannya ketika ia mengingat manusia, ataukah ia mengingat manusia ketika ia mengingat Tuhannya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati