Iba Pada Diri Sendiri


Ingin jadi seperti dia, yang bisa ini bisa itu. Ingin bisa seperti mereka, yang selalu begini selalu begitu. Malu dengan diriku sekarang yang tak bisa apa-apa. Ini tidak dapat kulakukan, itu pun tak dapat ku kuasai. Aku rendah diantara mereka. Aku kecil tanpa daya. Aku lemah di banding mereka yang bisa segalanya.

Isi hati manusia, tak pernah usai dalam keluhnya, tak pernah puas dalam inginnya. Manusiawi, jika manusia ingin baik sendiri, ingin menjadi yang paling baik dari orang-orang yang baik. Lupa, tak pernah ia sadari kapan mereka harus berharap, kapan mereka harus berterima kasih.

Manusia sering mendongak ke atas, bahkan lupa melihat jalannya yang dibawah. Mereka melihat langit saat berjalan, tetapi lupa jalan mereka di bawah, yang menjadi pijakan langkah mereka di bawah. Manusia melangkah kedepan, tatapannya condong ka atas di pucuk pepohonan yang mereka temui, tak menghiraukan di jalan mereka ada lubang, tak sadar kalau mereka telah jatuh kedalamnya. Mereka tahu telah terjerumus dalam ruang gelap, mereka melihat cahaya di atasnya, mereka ingin menggapai dan keluar ke arah cahaya itu, tapi mereka enggan mencari benda apa yang dapat membawanya kesana, pijakan apa yang bisa mereka dapatkan di bawah sana. Tatapannya tak pernah tertunduk, seperti telah tersangga di bawah dagu mereka oleh keinginan mereka yang kuat.

Rasa syukur, sering manusia lupakan. Saat mereka merasa dan mengalami satu kesulitan ataupun ujian, seringkali syukur itu lupa dari mereka. Syukur bukan berarti harus ketika mendapat kenikmatan atau sesuatu yang menyenangkan, tapi saat ujian ataupun cobaan itu dialami, dengan melihat mereka yang berada di bawah, jauh ke bawa lagi, dan terus ke bawah maka kepastiannya adalah rasa syukur itu tumbuh seketika. Melihat mereka yang tidak seberuntung dia, mereka yang ujiannya lebih berat, cobaannya lebih menyakitkan, manusia pasti akan berucap dalam hatinya, jikalau aku berada diposisi mereka pastilah aku tidak akan mampu.

Begitulah rasa syukur, dengan syukur hidup akan terasa ringan dan ketika berat untuk bersyukur pasti tidak ada keringanan dalam hidup. Karena kenikmatan dapat mengkufurkan namun sebaliknya cobaan adalah cara Allah untuk menguji syukur manusia kepada-Nya. Yang salah hanyalah manusia yang menganggap hal itu sebaliknya, nikmat menjadi syukur ujian menjadikan kufur.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati