Kerinduan Kepada Keduanya

Rindu itu ketika hati terisak menahan satu rasa, otak mengingat pada satu masa. Bayang-bayang hadir walau telah berlalu lama, menutup semua keadaan disaat sepi suasana. Menahannya sama saja menyiksa raga, mencoba kuat namun tak kuasa menahan air mata.

Rindu tak sembarang rindu membawa diri menjadi tersendu-sendu. Bukan kepada teman atau kekasih yang sering kali bertemu. Kerinduan kepada mereka hanya membawa samar bersamaan dengan ragu. Namun tak pernah ada kebohongan saat rasa rindu tertuju pada sosok teduh yang tak pernah menyimpan tipu. Merekalah yang sering disebut ayah dan ibu.

Jujur, ada rasa hancur saat sekian lama tak pernah ada kata tegur. Luntur, semua rasa membawa air mata terus terkucur. Ketika kerinduan begitu bergejolak tak terukur. Kabur, dalam benak yang terus merasa mundur. Tertutur, sekilas kata-kata doa sebelum dan setelah tidur. Tersungkur, lemah karena harapan agar mereka tetap akur.

Tak pernah bohong jika kerinduan itu membawa pada posisi yang kosong. Inilah rindu bukan omong kosong. Hati melolong meminta tolong agar ada yang membantu menyokong.

Lemah sarasa tak ada beda dengan tanah. Gagah menjadi payah selaras ketika hati melemah. Hanya lelah yang terasa saat syukur mulai tak tau arah. Semangat patah terhempas rasa susah.

Hidup tak tenang dan terus sayup. Membawa hati terus basah kuyup. Karena kerinduan yang tak kunjung meredup.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati Tak Pernah Sama Rasa

Ketakutan Dalam Sebuah Pilihan

Kepuasan Hati